This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 20 Juli 2011

BIOLOGI DAN EKOLOGI KELAPA


Biologi dan ekologi tanaman kelapa
Disusun oleh:

Sofyan wiwet santiko  (132060015)



UPN
Jurusan agronomi
Fakultas pertanian
Universitas pembangunan nasional “veteran”
Jogjakarta
2008







PENDAHULUAN
Kelapa merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae. Ada dua pendapat mengenai asal usul kelapa yaitu dari Amerika Selatan menurut D.F. Cook, Van Martius Beccari dan Thor Herjerdahl dan dari Asia atau Indo Pasific menurut Berry, Werth, Mearil, Mayurathan, Lepesma, dan Pureseglove. Kata coco pertama kali digunakan oleh Vasco da Gama, atau dapat juga disebut Nux Indica, al djanz al kindi, ganz-ganz, nargil, narlie, tenga, temuai, coconut, dan pohon kehidupan
Kelapa (Cocos nucifera) adalah salah satu jenis tanaman dari famili palma yang menghasilkan minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil). familia Palmae dibagi tiga: (1) Kelapa dalam dengan varietas viridis (kelapa hijau), rubescens (kelapa merah), Macrocorpu (kelapa kelabu), Sakarina (kelapa manis, (2) Kelapa genjah dengan varietas Eburnea (kelapa gading), varietas regia (kelapa raja), pumila (kelapa puyuh), pretiosa (kelapa raja malabar), dan (3) Kelapa hibrida  Selain dari kelapa sawit, minyak nabati juga dapat diperoleh dari tanaman kelapa, kacang kedelai, bunga matahari, kacang tanah, dan lainnya. Dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak dan lemak, kelapa sawit adalah tanaman yang produktifitas menghasilkan minyak tertinggi, dimana tanaman kelapa hanya menghasilkan sepertiga (700-1000 kg daging buah kelapa/ha) dari produksi kelapa sawit (2000/3000 kg TBS/ha)
            Kelapa dijuluki pohon kehidupan, karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan seperti berikut: (1) sabut: coir fiber, keset, sapu, matras, bahan pembuat spring bed; (2) tempurung: charcoal, carbon aktif dan kerajinan tangan; (3)daging buah: kopra, minyak kelapa, coconut cream, santan, kelapa parutan kering(desiccated coconut); (4) air kelapa: cuka, Nata de Coco; (5) batang klelapa: bahan bangunan untuk kerangka atau atap; (6) daun kelapa: Lidi untuk sapu, barang anyaman (dekorasi pesta atau Mayang); (7) nira kelapa: gula merah (kelapa)
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetik, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keuunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi dalam bidang kosmetik
BIOLOGI TANAMAN KELAPA
Ada beberapa hal yang perlu dibicarakan tentang perkecambahan dan pertumbuhan awal. Seleksi terhadap buah yang akan dikecambahkan merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan.
1.      Daun
Pada tanaman dewasa dapat mempunyai 30-55 daun pada mahkota dengan panjang kurang 6 meter. Pada bagian bawah agak cekung ke dalam, daun hampir datar atau cembung pada bagian atas. Daun yang segar beratnya 10-15 kg. pada kurang blebih 1,5 meter dari pangkal, daun tidak mempunyai anak daun. Pada daun terdapat 200 – 250 anak daun, panjang anak daun pada pangkal dan ujung adalah pendek sedangkan pada bagian pada bagian tengah dapat mencapai 90-125 cm
Daun berfungsi  sebagai alat fotosintesis dan trnaspirasi. Daun ini tersusun melingkar pada mahkota dan setiap 6 daun yang berurutan akan berada satu garis lurus.  
2.      Batang
Batang kelapa terbentuk bersamaan pembentukan daun. Batang kelapa juga nampak dengan jelas setelah berumur 3-5 tahun dan daun bagian bawah akan gugur. Batang ini tidak berkambium, sehingga tidak mempunyai pertumbuhan sekunder. Hal ini berakibat, sekali batang terbentuk, maka tidak membesar lagi
     Tanaman kelapa hanya memiliki satu buah titik tumbuh yaang terletak pada batang ujung batang, dan berukuran sangat keci, terdiri atas jaringan meristem apabila titik timbuh ini mempengaruhi pembelahan , maka batang akan mengalami dikotomisa menjadi dua cabang tetapi kejadian ini sangat jarang karena titik terletak pada ujung batang, maka pertumbuhan batang menuju atas, tinggi batang berkisar antara 20-30 meter, tetapi pernah dijumpai batang kelapa dengan tinggi 35,7 meter.
Kecepatan pertumbuhan batang dilihat pada jarak bekas-bekas pelepah daun pada batang. Jumlah daun yang terbentuk selama satu tahun adalah 12-14 buah
Child melaprkan bahwa elama 5-10 tahun setelah penanaman, kecepatan pertumbuhan batang adalah 1,50 meter per tahun dan pada umur 25 tahun hanya 0,50 meter per tahun
Besarnya lilit batang dapat dipakai sebagai salah satu parameter kesuburan tanaman. Besar lilit batang 120-180 meter, tetapi dapat dijuupai kelapa dala varietas laguna memiliki lilit batang 3,45 metr pada umur 15 meter
3.      Akar
Tanaman kelapa seprti tanaman monokotil yang lainya hanya mpunyai akar serabut. Akar serabut pertama pada pangkal batang, mendahului tumubuhnya daun yang pertama. setelah berkecambah selama 1 bulan, maka pada benih akan tumbuh akar pertama dengan panjang 5,8 cm, akar kedua dengan panjang 4,5 cm, akar ketiga , 2,8 cmd an akar keempat 2cm.pada bibit berumur  1tahun , mempunyai akar 25 buahdengan rata-rata 70cm
Tanaman kelapa, disamping mempunyai akar serabut yang berdiameter 0,5-1 cm, juga mempunyai akar rambut berdiametr 0,1 cm,berdidnding lunak, berbintil dan menyerap unsur hara dalam tanah jumlah akar pada pangkal batang bervariasi antara 4000-7000 buah. Kelapa dalam varietas laguna, pada umur 3 tahun akarnya mencapai panjang lebih 10 meter.
4.      Bunga
Tanaman kelapa merupakan tanaman berumah satu. Bunga betina dan rumah jantan terdapat malai
dan pada satu mancung (spathe). Bunga jantan terdapat pada ujung malai dan bunga betina terdapatr pada ujunng malai dan bunga betina terletak pada dasar malai
canoy de Guzman (1977) menghitung jumlah bunga jantandan bunga betina per tandan yakni 6200 untuk bunga jantan dan 15 untuk bunga betina. Bunga jantan membuka beberapa hari setelah mancung membuka dan tetap terbuka selama 1 hari. menurut  liyagerentang antara membukanya bunga jantan yang pertama dan terakhir dan terakhir adalah 18-22 hari.
Bunga betina mekar 3 minggu setelah mancung terbuka.  Tiap bunga mampu menerima polinasi dalam waktu maksimal 4 hari. Rentang weaktu antar bunga beeetina yang pertama dan terkhir adalah 6-15 hari.
Jumlah bunga betina pada tandan merupakan komponen produksi yang penting. Jatuhnya buah secara premature merupakan masalah serius pada perkebunan kelapa. Lebih dari 82% bunga betina gugur selama 6 minggu pertama.
Romero (1966) mengamati bahwa bunga betina tidak terbuahi ,akan gugur dalam waktu 15 hari setelah kepala putik tidak mampu dibuahi lagi
Manon dan pandalai (1958) melaporkan bahwa kepala yang yang berproduksi baik jumlah bunga  betina yang dihasilkan 396, sedangkan jumlah yang dihasilkan 120 per tahun atau 30,3%
Buah akan  masak 12 bulan setelah mancung terbuka. Oleh sebab itu apabila ingin memberikan perlakuan yang dirancang untuk mempengaruhi produksi, haruslah dilakukan paling tidak 45bulan sebelum memetik hasilnya
Ouverier dabn Ochs (1978) menyatakan bahwa proporsi buah kelapa hibrida (genjah kuning x kelapa dalam afrika barat ) sebagai berikut:

·         Sabut               :43,4%
·         Tempurung      :21,4%
·         Daging buah    :55,4%    
Sedangkan untuk kelapa dalam (varietas laguna ) proporsi komponen buah kelapanya adalah
·         Sabut:               4 1,7%
·         Trempurung     :28,4%
·         Daging buah    :29,7%
5.      Buah
         Buah beetina yangh telah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Tingkat pertumbuhan buah maksimum dalam berat maupun volume Nampak pada bulan ketiga. Berat buah maksimum pada bulan ketujuh, sedangkan volume maksimum dicapai bulan kedelapan
         Tempurung terbentuk pada bulan ketiga dan mencapai berat maksimum pada bulan kesembilan. Daging buah dapat dinilai pada bulan ketujuh dan mencapai maksimum pada bulan kedua belas
         Pada bulan ketujuh saat berat buah maksimum mencapai berat sabut 62%,tempurung7%,dan daging buah mencapai 1%. Saat dipetik pada umur 12 berat sabut mencapai 56,3%, tempurung 17%dan daging buah 26,5% menurut berat basah. Apabila berat kering maka sabut 41,7%, tempurung 28,4% dan daging buah mencapai 29,7%
         Selama pertumbuhan cepat (bulan  ke3-7) sabut banyak mengandung air (25% bahan padat ) pada saat buah masak, mulai menimbun banyak bahan padat; dengan demikian pada bulan ke 12 mengandumg 35% bahan padat. 
EKOLOGI KELAPA
Tanaman kelapa dapat hidup dengan baik pada daerah 15"LU-15"LS, yaitu dekat daerah edar garis katulistiwa. Ketinggian lahan yang ideal adalah pada ketinggian 0-500 m dpl. Curah hujan yang sesuai adalah 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum adalah 29-30"C. Intensitas penyinaran adalah 5-7 jam/hari. Kelembaban yang ideal adalah 80-90%. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podsolik, Latosil, Hidromorfik kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH optimum adalah 5-5,5. Perkebunan kelapa baik dibangun pada tanah yang gembur, subur, datar (tidak lebih dari 15", berdrainase yang baik, dengan lapisan solum yang dalam.
Perbanyakan Tanaman
Tanaman kelapa dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu generatif dan vegetatif buatan. Secara generatif, tanaman kelapa diperbanyak dari biji yang terdapat dalam butiran buah kelapa, dan secar generatif buatan kelapa sawit diperbanyak dengan cara kultur jaringan.
Produksi Benih
Benih kelapa yang sering digunakan pada perkebunan kelapa adalah hasil persilangan dari varietas. kelapa hibrida (genjah kuning x kelapa dalam afrika barat ) dan kelapa dalam (varietas Laguna )menjadi tujuan dari kegiatan persilangan karena kelebihan yang dimilikinya, yaitu: daging buah lebih tebal, ukuran buah lebih besar, kandungan minyak lebih tinggi, peluang kematangan buah yang sangat tinggi, dan berat buah cukup tinggi.
Untuk kegiatan pembibitan, penyerbukan biasanya dillakukan secara manual, yaitu dilakukan oleh manusia. Serbuk Sari dari bunga jantan diambil dengan cara memotongnya atau menepuk-nepukkannya pada kantong plastik agar tepung sari terkumpul dalam kantong plastik. Tepung sari (pollen) yang telah didapatkan kemudian dicampur dengan talk murni dengan perbandingan 1:1. Campuran tepung sari dan talk tersebut dimasukkan kedalam baby duster atau alat lainnya yang dapat menghembuskan tepung ke bunga betina. Setelah tepung sari ditaburkan/dihembuskan ke bunga betina (kepala putik) maka bunga betina tersebut ditutup dengan kantong kertas / plastik agar bunga betina tidak terkontaminasi dengan serbuk sari kelapa sawit tidak jelas asal usulnya yang sangat banyak beterbangan di udara. Setelah penyerbukan terjadi maka bunga betina akan matang setelah 6 bulan kemudian.
Perbanyakan kelapa  dengan cara penyilangan ternyata memiliki kelemahan yang sangat nyata, yaitu Opportunity cost yang terjadi akibat terjadinya penyimpangan varietas yang dihasilkan ternyata belumlah seberapa jika tanaman dalam suatu kebun kelapa sawit bersifat super semua. Jika dilakukan pengamatan di lapangan, maka kita akan selalu mendapati adanya pohon yang bersifat super atau bersifat sangat buruk. Suatu pohon kelapa  yang bersifat super dapat memiliki berat tandan mencapai 30-45 Kg/tandan yang memenuhi setiap ketiak pelepahnya, meskipun umur tanaman masih 5-7 tahun. sedangkan untuk tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun bobot tandannya dapat mencapai 40-60 Kg/tandan dengan buah yang menjejali setiap celah pelapah yang ada. Kondisi pohon yang demikian tidaklah akibat pemupukan, kondisi tanah dan perawatan yang habis-habisan, karena secara pengamatan visual pohon super tersebut berada di tengah pohon-pohon lainnya yang kondisinya biasa saja ataupun buruk.
Oleh karena ternyata ada pohon sawit yang bersifat super dalam hal bobot tandan, kuantitas tandan, rendemen minyak, ketahan terhadap hama dan penyakit, ukuran pelepah, kekerasan pelepah, pertambahan tinggi batang, toleransi terhadap jenis tanah, toleransi terhadap drainase yang sangat buruk, toleransi terhadap pH tanah yang tidak sesuai, maka tentu saja akan sangat diharapkan jika seluruh tanaman yang ada dalam suatu kebun adalah sama persis dengan pohon super tersebut. Saat ini mungkin ada cara yang memungkinkan hal tersebut dapat terjadi, yaitu dengan cara dilakukannya perbanyakan secara vegetatif.
Perbanyakan secara vegetatif yang telah berhasil pada tanaman kelapa  adalah dengan cara kultur jaringan. Sebagai sel induk dalam kultur jaringan dapat digunakan dari sel akar (metode Inggris) dan sel daun (metode Perancis). Metode kultur jaringan akan mampu menghasilkan bibit tanaman dengan sifat yang sama dengan induknya dengan jumlah yang sangat banyak, hanya saja kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam hal replikasi sel dan pembesarannya.
Benih kelapa tidak dapat diproduksi dan dipasarkan secara sembarangan, tetapi harus mendapat sertifikasi dari pemerintah untuk menjamin mutu bibit yang diproduksi dan keaslian varietas bibit. Saat ini pihak yang telah mendapat izin resmi dari pemerintah adalah Perkebunan Marihat dan Socfindo

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
·    Kelapa tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan antara 1300-2300 mm/tahun, bahkan sampai 3800 mm atau lebih, sepanjang tanah mempunyai drainase yang baik. Akan tetapi distribusi curah hujan, kemampuan tanah untuk menahan air hujan serta kedalaman air tanah, lebih penting daripada jumlah curah hujan sepanjang tahun.
·    Angin berperan penting pada penyerbukan bunga (untuk penyerbukannya bersilang) dan transpirasi tanaman.
·    Kelapa menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran minimum 120 jam/bulan sebagai sumber energi fotosintesis. Bila dinaungi, pertumbuhan tanaman muda dan buah akan terlambat.
·    Kelapa sangat peka pada suhu rendah dan tumbuh paling baik pada suhu 20-27 derajat C. Pada suhu 15 derajat C, akan terjadi perubahan fisiologis dan morfologis tanaman kelapa.
Kelapa akan tumbuh dengan baik pada rH bulanan rata-rata 70-80% minimum 65%. Bila rH udara sangat rendah, evapotranspirasi tinggi, tanaman kekeringan buah jatuh lebih awal (sebelum masak), tetapi bila rH terlalu tinggi menimbulkan hama dan penyakit
LAND CLEARING / PERSIAPAN LAHAN
Sebelum tanaman kelapa ditanam, maka hal utama dan sangat menentukan kesuksesahan bisnis budidaya kelapa  adalah pada tahap land clearing. Suatu lahan kebun yang baik adalah jika memiliki saluran drainase yang berfungsi dengan baik, memiliki jalan yang kuat dan rata untuk kegiatan melangsir buah ataupun truk pengangkutan, bersih dari tunggul-tunggul kayu yang mengganggu dalam bekerja, bebas dari pohon-pohonan dan semak belukar, adanya akses jalan darat ke setiap tanaman, bebas dari batu-batu besar yang mengganggu posisi penanaman dan pekerjaan.
Pengerjaan land clearing dapat dilakukan secara mekanis dan manual. Secara mekanis land clearing dikerjakan dengan alat-alat berat seperti Back Hoe, Buldozer dan Grader. Secara manual land clearing dikerjakan oleh manusia dengan peralatan sederhana berupa parang, kampak, gergaji, machine saw, cangkul, tembilang, babat.
Jika ditinjau secara ekonomis, penggunaan cara mekanis ataupun manual harus memperhatikan pada beberapa faktor, yaitu:
1.    Jauhnya jarak tempuh untuk mendatangkan alat-alat berat
2.    Luasnya lahan
3.    Tingkat kesulitan pekerjaan
4.    Tingkat standar upah buruh lokal
5.    Ketersediaan buruh
6.    Biaya sewa/harga beli alat berat
7.    Kebijakan dan peratruran pemerintah
8.    Harga BBM dan oli mesin traktor
9.    Tingkat upah operator traktor
10.                        Produktifitas kerja traktor
11.                        Produktifitas tenaga kerja manusia
COVER CROP / TANAMAN PENUTUP
Sebelum bibit kelapa ditanam di lahan, satu hal yang sangat penting ada adalah tanaman penutup / cover srop, cover crop berfungsi untuk melindungi tanah dari kikisan air hujan, menjaga tumbuhnya gulma-gulma yang tidak diinginkan, menjaga ketersediaan unsur Nitrogen dalam tanah, mendinginkan tanah, sebagai tempat yang baik untuk berbiaknya mikroba-mikroba pengurai dan penyubur tanah

BUDIDAYA TANAMAN KELAPA
Penentuan Pola Tanam
Sistem tanam yang baik yaitu sistem tanam segi tiga karena pemanfatan lahan dan pengambilan sinar matahari akan maksimal. Jarak tanam 9 x 9 x 9 meter, dengan pola ini jumlah tanaman akan lebih banyak 15% dari sistem bujur sangkar.
Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dilakukan paling lambat 1-2 bulan sebelum penanaman untuk menghilangkan keasaman tanah, dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm sampai dengan 100 x 100 x 100 cm. Pembuatan lubang pada lahan miring (>20o) dilakukan dengan pembuatan teras individu selebar 1.25 m ke arah lereng diatasnya dan 1 m ke arah lereng di bawahnya. Teras dibuat miring 10 derajat ke arah dalam.
Cara Penanaman
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, setelah hujan turun secara teratur dan cukup untuk membasahi tanah; waktu penanaman adalah pada bulan setelah curah hujan pada bulan sebelumnya mencapai 200 mm. Adapun cara penanaman adalah sebagai berikut:
Top soil dicampur dengan pupuk phospat 300 gram per lubang dan dimasukkan ke lubang tanam.
Polybag dipotong melingkar pada bagian bawah, dimasukkan ke lubang tanam, dan dibuat irisan sampai ke ujung, bejkas polybag selanjutnya digantungkan pada ajir untuk meyakinkan bahwa polybag sudah dikeluarkan dari lubang tanam. Arah penanaman harus sama.
Bibit ditimbuan tanah yang berada di sebelah selatan dan utara lubang, dipadatkan dengan ketebalan 3-5 cm diatas sabut bibit kelapa.
Kebutuhan bibit 1 ha, apabila jarak tanam 9 x 9x 9 m , segitiga sama sisi, adalah 143 batang dan bibit cadangan yang harus disediakan untuk sulaman 17 batangj, sehingga jumlah bibit yang harus disediakan 160 batang.
1.    Pemberian mulsa.Setelah di tanam, tanah sekitar tanjaman ditutup dengan mulsa (daun-daunan hijau dari semak-semak, lalang atau rumput-rumputan lainnya dan juga jerami).
2.    Penanaman tanaman penutupDilakukan sebelum musim hujan dengan famili Legminosae (Legume Cover Crop, LCC) agar biji penutup tanah tidak membusuk. Keuntungannya menekan pertumbuhan gulma dan perkembangan hama Oryctes rhinoceros, memperbaiki kandungan nitrogen dan memperbaiki struktur tanah, mengurangi penguapan, mencegah erosi dan menahan aliran permukaan, memperkecil amplitudo temperatur siang dan malam.
Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tumbuh kerdil terserang hama dan penyakit berat dan mati, dilakukan pada musim hujan setelah tanaman sebelumnya didongkel dan dibakar pada musim kemarau. Kebutuhan tanaman tergantung pada iklim dan intensitas pemeliharaan biasanya untuk 143 batang/Ha 17 batang.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada piringan selebar 1 meter pada tahun, tahun kedua 1,5 meter, dan ketiga 2 meter. Caranya menggunakan koret atau parang yang diayunkan ke arah dalam, memotong gulma sampai batas permukaan tanah dengan interval penyiangan 4 minggu sekali (musim hujan) atau 6 minggu-2 bulan sekali (musim kemarau).
Pembubunan
Dilakukan setelah tanaman menghasilkan dengan cara menimbunkan tanah dibagian atas permukaan sekitar pohon hingga menutup sebagian batang pohon yang dekat dengan akar.
Perempalan
Dilakukan terhadap daun dan penutup bunga yang telah kering (berwarna coklat), dengan cara memanjat pohon kelapa ataupun dibiarkan sampai jatuh sendiri.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan apabila tanah tidak dapat memenuhi unsur hara yang dibutuhkan.a) Pada umur 1 bulan diberi 100 gram urea/pohon menyebar pada jarak 15 cm dari pangkal batang.b) Selanjutnya 2 kali setahun yaitu pada bulan April/mei (akhir musim hujan) dan bulan Oktober/Nopember (awal musim hujan).

Pengairan dan Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada musim kemarau untuk mencegah kekeringan dilakukan dua atau tiga hari sekali pada waktu sore. Caranya dengan mengalirkan air melalui parit-parit di sekitarbedengan atau dengan penyiraman langsung.
 Waktu Penyemprotan Pestisida
Dilakukan setiap 20 hari dengan mengggunakan Sevin 85 WP, Basudin 10 gram, Bayrusil 25 EC dengan kosenttrasi 0.4% setip 10 hari atau 0.6% setiap 20 hari. Caranya menggunakan sprayer.
Tujuan umum dari pemupukan adalah memberikan zat hara yang dibutuhkan tanaman dalam membangun jaringan akar, batang, daun dan buah.
Berdasarkan banyaknya kuantitas yang dibutuhkan tanaman, pupuk dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu: pupuk makro dan pupuk mikro.
1.    Pupuk makro adalah pupuk yang mengandung unsur makro (unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar). Unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar antara lain adalah :
·       Nitrogen (N), dapat diperoleh dari pupuk Urea (46% N), ZA ( %N)
·       Posphor (P), dapat diperoleh dari pupuk TSP (46% P), Rock Posphat ( % P)
·       Kalium (K), dapat diperoleh dari pupuk KCl (64% K)
·       Magnesium (Mg), dapat deperoleh dari pupuk Kieserit ( % Mg)

PANEN
Ciri: berumur ± 12 bulan, 4/5 bagian kulit kering, berwarna coklat, kandungan air berkurang dan bila digoyang berbunyi nyaring.

 Cara Panen
1.    Buah kelapa dibiarkan jatuh: kekurangan, yaitu buah yang jatuh sudah lewat masak, sehingga tidak sesuai untuk bahan baku kopra atau bahan baku kelapa parutan kelapa kering (desiccated coconut).
2.    Cara dipanjat: dilakukan pada musim kemarau saja. Keuntungan yaitu (1) dapat membersihkan mahkota daun; (2) dapat memilih buah kelapa siap panen dengan kemampuan rata-rata 25 pohon per-orang. Kelemahan adalah merusak pohon, karena harus membuat tataran untuk berpijak. Di beberapa daerah di Pulau Sumatera, sering kali pemetikan dilakukan oleh kera (beruk). Kecepatan pemetikan oleh beruk 400 butir sehari dengan masa istirahat 1 jam, tetapi beruk tidak dapat membersihkan mahkota daun dan selektivitasnya kurang.
Cara panen dengan galah: menggunakan bambu yang disambung dan ujungnya dipasang pisau tajam berbentuk pengait. Kemampuan pemetikan rata-rata 100 pohon/orang/hari
Untuk dapat berbunga, kelapa  membutuhkan waktu 2-3 tahun dari saat bibit ditanam di lapangan. Masa produktif tanaman dapat berlangsung 40-50 tahun. Pembentukan buah memerlukan waktu sekitar 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan (pollination). Pelaksanaan panen buah kelapa  tidak boleh dilakukan secara sembarangan, karena kegiatan panen tersebut menentukan pada produktifitas tanaman, rendemen minyak, mutu minyak, dan efisiensi biaya tenaga kerja. Pelaksanaan panen harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Tabel Kriteria Kematangan Buah Berdasarkan Jumlah Berondolan
No
Umur Tanaman (tahun)
Buah Memberondol (butir)
1
Tanaman muda (3,5-5 tahun)
2
2
Tanaman sedang (5-10 tahun)
5-10
3
Tanaman dewasa (>10 tahun)
15-20


PERTANIAN DAN KEWIRAUSAHAAN

OLEH: FYAN WIWIET

PERTANIAN DAN KEWIRAUSAHAAN

Benih tanaman merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam upaya peningkatan produksi dan mutu budidaya hasil tanaman yang pada akhirnya peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat.oleh karena itu,perbaikan perbenihan tanaman harus mampu menjamin tersedianya benih bermutu secara memadai dan berkesinambungan.termasuk di dalamnya perbenihan tanaman adalah,segala sesuatu yang berkaitan dengan pengadaan, pengelolaan dan peredaran benih tanaman.
Dalam rekapitulasi Rencana Usaha Bersama PUAP di Jawa Barat tercatat tanaman pangan sangat mendominasi yaitu sekitar 34% dan dari yang 34% tanaman pangan mayoritasnya adalah tanaman padi.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul padi di Jawa Barat adalah melalui pengembangan penangkaran benih. Untuk mencapai hasil yang optimal petani penangkar yang sudah dibina, tetap dilakukan pembinaan secara berkesinambungan,dengan mencari calon-calon penangkar lainnya.

Pembinaan penangkar ini diarahkan secara terintegrasi dengan SL-PTT pengawalan menggunakan media tercetak demi untuk memenuhi kebutuhan tersebut,maka disusunlah Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi,guna dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penangkaran benih yang bermutu.

SEBELUMNYA,Pada tahun 2006, data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan di Indonesia terdapat 48,9 juta usaha kecil dan menengah (UKM),menyerap 80% tenaga kerja serta menyumbang 62% dari PDB (di luar migas).

Data tersebut sekilas memberikan gambaran,betapa besarnya aktivitas kewirausahaan di Indonesia dan dampaknya bagi kemajuan ekonomi bangsa.Terlebih lagi ditambahkan dengan data hasil penelitian dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM) yang menunjukkan bahwa pada tahun yang sama.

Di Indonesia terdapat 19,3 % penduduk berusia 18-64 tahun yang terlibat dalam mengembangkan bisnis baru (usia bisnis kurang dari 42 bulan).Ini merupakan yang tertinggi kedua di Asia setelah Philipina (20,4%) dan di atas China (16,2%) serta, Singapura (4,9%).

Namun di sisi lain,data BPS pada tahun yang sama juga menunjukkan masih terdapat 11 juta penduduk Indonesia yang masih menganggur dari 106 juta angkatan kerja,serta 37 juta penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Fakta-fakta tersebut seakan-akan menunjukkan,kewirausahaan di Indonesia tidak dapat memberikan sumbangan yang positif bagi kesejahteraan bangsa.Menurut seorang pakar kewirausahaan David McClelland mengatakan,bahwa jika 2% saja penduduk sebuah negara terlibat aktif dalam kewirausahaan,maka dapat dipastikan bahwa negara tersebut akan sejahtera.



Pendapat serupa juga disampaikan sumber lain yaitu oleh Profesor Edward Lazear dari Stanford University yang mengatakan,bahwa wirausahawan adalah pelaku paling penting dari kegiatan ekonomi modern saat ini.

Apakah ada yang keliru dari data-data tersebut? Ataukah data-data tersebut tidak mencerminkan kondisi kegiatan kewirausahaan yang sesungguhnya?Atau semua hal tersebut memang gambaran yang sesungguhnya.

Lalu menurut data hasil yang ada,Kegiatan kewirausahaan di Indonesia berkembang paling pesat saat krisis moneter melanda pada tahun 1997.dari hanya 7000 usaha kecil di tahun 1980 melesat menjadi 40 juta pada tahun 2001.Artinya banyak usaha kecil yang muncul di saat krisis tersebut dikarenakan kebutuhan (necessity) dan kurang didorong oleh faktor inovasi.

Jika data BPS tahun 2006 ditelaah lebih lanjut, 48,8 juta usaha kecil di Indonesia tahun 2006 menyerap 80,9 juta angkatan kerja. Berarti setiap usaha tersebut hanya menyediakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri ditambah 1 orang lain.

Sementara itu,pada saat yang sama dari 106 ribu usaha menengah menyerap 4,5 juta tenaga kerja yang berarti 1 kegiatan usaha menengah menyerap 42,5 tenaga kerja.

Seterusnya dapat di prediksikan,Ada satu kesenjangan yang sangat besar antara jumlah skala usaha kecil dibandingkan usaha menengah serta perbedaan yang sangat signifikan dalam kemampuannya menyerap tenaga kerja.

Selain itu, usaha kecil"Mikro" di Indonesia didominasi oleh kegiatan yang bergerak pada sektor pertanian,kehutanan,peternakan,perikanan (53,5%.sementara usaha menengah banyak bergerak di sektor perdagangan, hotel dan restoran (53,7%) dan usaha besar di industri pengolahan (35,4%).

Hal tersebut menunjukkan bahwa,dunia kewirausahaan di Indonesia memang tertinggal dibandingkan negara lain yang sudah memasuki abad informasi dan pengetahuan serta tekonologinya.sedkit dapat di tarik kesimpulan ,Dunia kewirausahaan Indonesia masih banyak yang mengandalkan otot dibandingkan otak. Kerja keras dibandingkan kerja cerdas "pemberdayaan kemampuan diri petani".

Dengan melihat profil kewirausahaan di Indonesia tersebut,maka ada tiga hal yang perlu dilakukan.untuk pengembangan jiwa dan karakter wirausaha sejati.Perlu lebih banyak wirausahawan di Indonesia yang dilahirkan dengan didorong oleh visi dan inovasi serta, bukan semata-mata karena keterpaksaan yang hanya menjadikan kegiatan usaha sebagai tempat singgah sementara (sampai mendapatkan pekerjaan).

Hal ini menjadi tugas dari dunia pendidikan secara tertentu terkait pertanian dan SDM di dalamnya,mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, karakter dan ketrampilan kreatif serta sikap mandiri dan pro-aktif harus mewarnai semua kegiatan pembelajaran,ini akan menghasilkan pengembangan ketrampilan yang membesarkan usaha.karena ini adalah tuntut dan keharusan demi usaha kecil yang sudah ada harus dibina dan dikembangkan.bab jika 50% saja kegiatan usaha kecil di Indonesia berkembang dan membutuhkan tambahan 1 orang tenaga kerja,maka akan tersedia 24,4 juta membuka lapangan kerja baru.


Di saat seperti itu, mungkin kita harus mulai mengimpor tenaga kerja asing bukan sebaliknya.Hal ini dapat diupayakan dengan mengembangkan kerja sama antara pemerintah, dunia usaha dan dunia pendidikan serta element terkait lainnya.Ketrampilan mengembangkan usaha tersebut meliputi ketrampilan berinovasi dan manajerial yang bersifat strategis atau senyawa.Oleh karena itu,UKM tidak bisa dibesarkan dengan semata-mata suntikan hormon (dana).

Arah dan pengembangan keunggulan bersaing bangsa. Negara China bekerja keras mengembangkan infrastruktur fisik untuk meningkatkan daya saing barang-barang hasil produksinya.Negara India meningkatkan infrastruktur dan brainware teknologi informasi untuk dapat bersaing di dunia IT.merupakan hal yang nyata,bahwa interaksi dan hubungan antar negara saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan kehandalan yang di pertunujkan pelaku dunia pertanian.Prilaku negara sudah menjadi seperti prilaku perusahaan besar yang bersaing satu sama lain.

Oleh karena itu,agar dapat menjadi bangsa yang unggul dan diperhitungkan, maka Indonesia harus segera menemukan dan mengembangkan keunggulan intinya. Setelah itu,seyogya pemerintah harus mengarahkan dunia kewirausahaan untuk bergerak dan menunjang keunggulan bersaing bangsa tersebut.

Dengan demikian, maka kita kelak akan melihat negara Indonesia menjadi semacam perusahaan raksasa yang menaungi puluhan juta wirausahawan sejati. Di daerah Jawa Barat yang merupakan sentra produksi padi utama di Indonesia,penggunaan benih bermutu dari varietas unggul telah berkontribusi secara nyata terhadap peningkatan produksi sehingga Indonesia dan mampu mencapai swasembada beras pada tahun 1984.

Namun demikian,dampak penggunaan varietas unggul terhadap peningkatan produksi dan mutu produk hanya akan terasa bila varietas unggul tersebut ditanam dalam skala luas.
Penggunaan VUB (Varietas Unggul Baru).untuk skala luas sangat ditentukan oleh kemampuan industri benih untuk memproduksi dan mendistribusikan benih bermutu(pembawa potensi genetik yang dikembangkan oleh para pemulia tanaman) melalui proses sertifikasi,sebagai sarana yang mampu menjamin keaslian (genuine, authentic) varietas unggul sampai ke petani secara efektif dan efisien. Dengan demikian keunggulan varietas baru tersebut dapat dinikmati oleh petani.

Pembangunan perbenihan tanaman pangan, khususnya padi bertujuan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan benih bermutu secara berkekelanjutan.Hal ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh rangkaian sistem perbenihan yang terdiri atas subsistem penelitian, penilaian dan pelepasan varietas, subsistem produksi dan distribusi benih, subsistem pengawasan mutu dan sertifi kasi serta subsistem penunjang (kelembagaan, SDM dan saranaprasarana).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka menjamin ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul padi di Jawa Barat adalah dengan melalui pengembangan penangkaran benih padi yang terintegrasi dan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Inbrida (SL-PTT Padi Inbrida).Diharapkan melalui kegiatan tersebut,kebutuhan petani akan benih bermutu dari varietas unggul dapat dipenuhi oleh petani penangkar benih setempat.

PROSEDUR
Benih sumber yang akan digunakan untuk pertanaman produksi benih haruslah satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi. Untuk memproduksi benih kelas FS (Foundation Seed/Benih Dasar/BD) atau Label Putih, maka benih sumbernya haruslah benih padi kelas BS (Breeder Seed/Benih Penjenis/BS) atau Label Kuning, sedangkan untuk memproduksi benih kelas SS (Stock Seed/Benih Pokok/BP) atau Label Ungu, maka benih sumbernya boleh benih FS atau boleh juga BS dan untuk memproduksi benih kelas ES(Extension Seed/Benih Sebar/BR) benih sumbernya boleh benih kelas SS atau FS.

1.Pemilahan dan Perlakuan Benih.Pemilahan benih padi sebelum disemai/ditebar dapat dilakukan dengan perendaman benih ke dalam larutan garam 3% atau direndam dalam larutan ZA (225 g ZA/l air), benih yang tenggelam menunjukkan benih yang baik. Sebelum disebar, benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam.

Untuk daerah endemik hama penggerek batang gunakan perlakuan benih (seed treatment) dengan menggunakan insektisida Fipronil 50 ST. Perlakuan benih bertujuan untuk mencegah hama pada stadia awal perkecambahan, merangsang pertumbuhan akar, memperkecil resiko kehilangan hasil, memelihara dan memperbaiki kualitas benih.

Tabur benih yang telah mulai berkecambah dengan kerapatan 25-50 g/m2 atau 0,5-1 kg benih per 20 m2 lahan. Persemaian dipupuk dengan Urea, SP-36, dan KCl masing-masing sebanyak 15 g/m2. Kebutuhan benih untuk 1 ha areal pertanaman adalah 10-20 kg.


2.Penyiapan Lahan,Persiapan lahan untuk pertanaman mirip dengan lahan untuk persemaian, namun tanpa pembuatan bedengan. Tanah diolah secara sempurna yaitu :
dibajak I,digenangi selama 2 hari,lalu dikeringkan selama 7 hari,
lalu dibajak II,digenangi selama 2 hari dan dikeringkan lagi selama 7 hari.

Terakhir tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah. Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakan disemprot dengan herbisida pra-tumbuh dan dibiarkan selama 7-10 hari atau sesuai dengan anjuran.


3.Penanaman,Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari,dengan 1 bibit per lubang.Bibit yang ditanam sebaiknya memiliki umur fisiologi yang sama (dicirikan oleh jumlah daun yang sama,misal 2 atau 3 daun/batang).Jarak tanam dapat menggunakan sistem tegel (20 x 20 cm atau 25 x 25 cm atau 27x27 cm) dan/atau sistem legowo-2 (20x10x40 cm atau 25x12,5x50 cm atau 27x13,5x50 cm) tergantung tinggi tempat,kesuburan lahan dan varietas yang ditanam dan bibit ditanam pada kedalaman 1-2 cm.Sisa bibit yang telah dicabut diletakkan di bagian pinggir petakan, nantinya digunakan untuk menyulam.untuk penyulaman dilakukan pada 7 hari setelah tanam (HST) dengan bibit dari varietas dan umur yang sama,Setelah ditanam,air irigasi dibiarkan macak-macak (1-3 cm) selama 7-10 hari




4. Pemeliharaan
•Pemupukan,Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan sifat fisik dan kimianya. Dengan demikian kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi tanaman juga berbeda-beda.

Pemupukan dimaksudkan untuk menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik.Agar efisien, takaran pupuk hendaknya disesuaikan dengan kondisi lahan setempat.

Untuk pupuk SP36 dan KCI, takarannya disesuaikan dengan ketersediaan P dan K dalam tanah.Sedangkan untuk pupuk urea, takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan menggunakan teknologi Bagan Warna Daun (BWD).

Pemupukan dengan menggunakan BWD dan analisa tanah adalah sebagai berikut:

Pupuk dasar sebanyak 50-75 kg Urea/ha sebelum 14 HST mulai 25-28 HST lakukan pengukuran dengan menggunakan BWD sampai umur 50 HST dengan selang waktu 7-10 hari sekali.
Bila hasil pengukuran dibawah 4, maka berikan Urea sebanyak :
• 50-75 kg/ha untuk daerah musim/hasil rendah
• 75-100 kg/ha untuk daerah musim hasil tinggi
• 100 kg/ha untuk padi tipe baru (PTB).

Bila pada fase antara keluar malai sampai 10% berbunga, pengukuran pada daun PTB berada pada skala 4 atau kurang, berikan 50 kg Urea/ha.
Pemberian pupuk P seluruhnya diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar Urea.
Pemberian pupuk K, bila takarannya rendah, seluruhnya diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar dan bila takaran pupuk K tinggi (> 100 kg KCl/ha) maka 50% diaplikasikan sebagai pupuk dasar dan sisanya saat primordial bunga.

Apabila pemupukan dengan cara tersebut di atas tidak memungkinkan, maka dapat digunakan anjuran umum pemupukan sebagai berikut:
120-240 kg urea, 100-120 kg SP36, dan 100-150 kg KCl per hektar,dengan waktu pemberian sebagai berikut:
1. Pupuk dasar (saat tanam): 33% urea (40-80 kg/ha)+100% SP36 100-120 kg/ha).
2. Pupuk susulan I (4 MST): 33 % urea (40-80 kg/ha) + 50% KCl (50-75 kg/ha)
3. Pupuk susulan II (7 MST): 33% urea ( 40-80 kg/ha) + 50 % KCl (50- 75 kg/ha)
4. Pada musim hujan, takaran pupuk dianjurkan lebih rendah daripada musim kemarau. Teknik pemupukan lainnya pada lahan sawah dapat pula menggunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS) dan program PuPsvers. 1.0.

• Penyiangan,Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh gulma.hal ini,dilakukan paling sedikit dua atau tiga kali tergantung pada keadaan gulma, menggunakan landak atau gasrok. Penyiangan dapat dilakukan sebelum pemupukan susulan pertama atau kedua.Hal ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, karena gulma sudah dikendalikan.

•Pengendalian OPT,Hama dan penyakit merupakan faktor penting yang menyebabkan suatu varietas tidak mampu menghasilkan varietas seperti yang diharapkan.Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu.misal Hama wereng coklat dan penyakit tungro merupakan hama dan penyakit yang paling utama saat ini. Untuk itu di dalam pengembangan atau pertanaman produksi benih supaya berhasil beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

Hindari pengembangan di daerah endemis hama dan penyakitterutama daerah endemis wereng coklat dan penyakit tungro.Bila pengembangan dilakukan di daerah endemis hama dan penyakit, terapkan PHT dengan monitoring keberadaan tungro dan kepadatan populasi wereng hijau secara intensif.Perhatikan juga serangan tikus sejak dini dan monitor penerbangan ngengat penggerek batang.

Pengamatan populasi wereng coklat dilakukan pada 20 rumpun tanaman secara diagonal. Hitung jumlah wereng coklat + wereng punggung putih, predator (laba-laba, Opionea, Paederus dan Coccinella) dan kepik Cyrtorhinus. Hasil pengamatan kemudian dijabarkan ke dalam rumus berikut:

A – (5B +2C)
20A
= D (jumlah wereng terkoreksi)

A. = jumlah wereng coklat + wereng punggung putih per 20 rumpun tanaman
B. = jumlah predator per 20 rumpun tanaman
C. = jumlah kepik Cyrtorhinus per 20 rumpun tanaman.

Penggunaan insektisida didasarkan pada jumlah wereng terkoreksi dan umur tanaman, yaitu apabila :

Wereng terkoreksi (nilai D) lebih dari lima ekor pada saat tanaman berumur kurang dari 40 HST, atau lebih dari 20 ekor pada saat tanaman berumur 40 HST.
Bila nilai wereng terkoreksi kurang dari lima ekor pada saat tanaman berumur di bawah 40 HST, atau kurang dari 20 ekor pada saat tanaman berumur di atas 40 HST, maka insektisida tidak perlu diaplikasikan, tetapi pengamatan tetap perlu dilanjutkan.

Insektisida yang manjur mengendalikan hama wereng coklat dan wereng punggung putih diantaranya adalah fi pronil dan imidakloprid. Insektisida buprofezin dapat digunakan untuk pengendalian wereng coklat populasi generasi 1 atau 2, sedangkan fi pronil dan imidakloprid untuk wereng coklat generasi 1,2,3 dan 4.

Monitoring terhadap penyakit tungro dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap hama wereng hijau di pesemaian dengan cara menjaring serangga sebanyak 10 ayunan untuk mengevaluasi populasi wereng hijau. Selain itu, juga diadakan uji yodium dari 20 daun padi yang diambil dari lahan yang sedang dievaluasi.
Jika hasil perkalian antara jumlah wereng hijau dan persentase daun terinfeksi sama atau lebih dari 75, maka pertanaman dalam situasi terancam tungro.Langkah yang perlu diambil adalah aplikasi antifidan dengan bahan aktif imidakloprid dan atau tiametoksan. Di pesemaian atau saat tanaman berumur 1 MST gunakan tiametoksan dengan dosis 2,5 g b.a/ha atau 0,50 g imidakloprid/ha untuk menghambat penularan.
Apabila tidak mampu mengamati populasi dan tanaman terinfeksi di pesemaian, amati gejala tungro saat tanaman berumur 3 MST. Aplikasi insektisida dilakukan apabila terdapat lima gejala dari 10.000 rumpun tanaman saat berumur 2 MST atau dua gejala dari 1.000 rumpun tanaman saat berumur 3 MST.Insektisida yang dapat digunakan antara lain imidakloprid, tiametoksan, etofenproks dan karbofuran.

Seleksi/Roguing,Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu Roguing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai mulai fase vegetatif sampai akhir pertanaman. Roguing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologis-nya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya.

Untuk tujuan tersebut, pertanaman petak pembanding(pertanaman check plot) dengan menggunakan benih autentik sangat disarankan. Pertanaman ini digunakan sebagai referensi/acuan di dalam melakukan Roguing dengan cara memperhatikan karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 1.10
Tabel 1. Karakteristik tanaman yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kemurnian genetik varietas

No Fase Pertumbuhan Karakter yang perlu diperhatikan

1 Bibit Muda Laju pemunculan bibit
Warna daun
Tinggi bibit

2 Tanaman Muda Laju pertunasan
Tipe pertunasan
Warna daun
Sudut daun
Warna pelepah
Warna kaki (pelepah bagian bawah)

3 Fase Anakan Maksimum Jumlah tunas
Panjang & Lebar Daun
Sudut Pelekatan Daun
Warna Daun
Panjang & Warna Ligula

4 Fase Awal Berbunga Sudut pertunasan
Sudut daun Bendera
Jumlah malai/rumpun; Jumlah malai/m2
Umur Berbunga :
* 50 % berbunga
* 100 % berbunga
* Keseragaman berbunga

5 Fase
Pematangan Tipe malai & tipe pemunculan leher malai
Panjang malai
Warna gabah
Keberadaan bulu pada ujung gabah
Kehampaan malai
Laju senesen daun
Umur matang
Bentuk & Ukuran gabah
Bulu
Kerebahan

6 Fase Panen Kerontokan
Tipe endosperma
Bentuk & Ukuran Gabah

Apabila cara Roguing dengan menggunakan acuan pertanaman ’check plot’ belum mungkin dilakukan, makahal-hal berikut sebagai patokan dalam pelaksanaan Roguing yaitu:

1. Stadia Vegetatif Awal ( 35 – 45 HST)
Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain,Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)

Stadia Vegetatif Akhir/Anakan Maksimum ( 50 – 60 HST)
Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

3. Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

4. Tanaman yang warna kaki atau helai daun, dan pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

5. Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)


3. Stadia Generatif Awal /Berbunga ( 85 – 90 HST)

Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain,Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat darisebagian besar rumpun-rumpun lain Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda
Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda.

4. Stadia Generatif Akhir /Masak ( 100 – 115 HST)
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain ,Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang,Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda,Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabahwarna gabah, dan ujung gabah (rambut /tidak berambut) berbeda.


5. Variabel yang Diamati,Variabel yang diamati meliputi karakter morfologi dan agronomi kuantitatif dan kualitatif tanaman serta produksi tanaman.

Karakter morfologi dan agronomi kuantitatif meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan dan umur berbunga serta umur panen sedangkan karakter kualitatif meliputi warna kaki, batang, telinga dan lidah daun, serta kasar atau halusnya permukaaan daun Pengamatan dan produksi tanaman meliputi hasil per luas tanam, kadar air saat panen dan produktivitas (t/ha)


7. Cara Ubinan adalah merupakan cara pengambilan data hasil panen yang dilakukan dengan menimbang hasil tanaman contoh pada plot panen tertentu untuk mewakili seluruh
hamparan lahan yang diusahakan.Tanaman contoh diambil pada pertengahan plot, tidak pada dua baris paling pinggir dekat pematang.
Ukuran ubinan + 5 m2 di tengah petakan. Jumlah rumpun tanaman dalam ubinan tergantung pada jarak tanam yang digunakan, namun demikian jumlah rumpun tanaman dalam ubinan minimal 120 rumpun per petak.Posisi batas ubinan ditentukan pada pertengahan jarak antar tanaman.

Gabah dirontok dari malainya dan dibersihkan dari kotoran, kemudian ditimbang dan diukur kadar airnya, Gabah Kering Panen GKP). Konversi hasil ubinan ke dalam Gabah Kering Giling (GKG) dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Hasil GKG 14% = ((100-Ka)/86) x GKP

Keterangan:
Ka : Kadar air (%)
GKP : Gabah Kering Panen
GKG : Gabah Kering Giling

8. Panen dan Pengolahan Benih,Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fi siologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Benih padi ketika baru dipanen masih tercampur dengan kotoran fi sik dan benih jelek.Oleh karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fi siologis, mutu fi sik dan kesehatan benih.

Salah satu variabel dari mutu fi siologis benih yang mulai menarik perhatian petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih
untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas.

Untuk menjamin ini, maka cara panen yang baik meliputi perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih akan menentukan mutu benih. Faktor yang paling utama adalah pengeringan benih, benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-12%.Setelah menjadi benih dan siap simpan, benih harus dikemas secara baik dan disimpan ditempat dengan kondisi khusus untuk penyimpanan.


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses panen dan pengolahan benih adalah sebagai berikut:

a) Persiapan Panen,Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifi kasi lapangan oleh Balai Pengawasan dan Sertifi kasi Benih (BPSB).Sebelum panen dilakukan, semua malai dari kegiatan Roguing harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa roguing. Selain itu, perlu disiapkan peralatan yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal, alat perontok (threser), karung dan
tempat/alat pengering) serta alat-alat yang akan digunakan untuk panen dibersihkan.

b) Proses Panen,Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya
dipanen terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih.Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok dengan threser atau potong bawah lalu digebot. Ukur kadar air panen dengan menggunakan moisture meter.

Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label yang berisi : nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih.; lalu diangkut ke ruang pengolahan benih.Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi
tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih dan kadar air benih saat panen.

c) Pengeringan Benih,Penurunan kadar air perlu harus segera dilakukan karena pada umumnya calon benih masih mempunyai kadar air panen yang tinggi.
Pada tingkat kadar air yang tinggi, calon benih bisa diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara
penjemuran atau dengan menggunakan mesin pengering.


c.1. Penjemuran

Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar benih dari varietas yang berbeda.Gunakan lamporan/alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan.Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati,Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih tersebut.

Bila pengeringan menggunakan sinar matahari, umumnya penjemuran dilakukan selama 4 – 5 jam. Penjemuran sebaiknya diberhentikan apabila suhu hamparan benih lebih dari 43oC
Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifi kat (13% atau lebih rendah)


c.2. Pengeringan dengan Alat Pengering (Dryer)
Bersihkan mesin pengering, pastikan tidak ada benih yang tertinggal dan pastikan mesin berfungsi dengan baik.Suhu udara yang mengenai benih sebaiknya disesuaikan dengan kadar air awal benih (kadar air benih pada saat mulai pengeringan)
Benih dengan kadar air panen yang tinggi, jangan langsung dipanaskan tetapi di angin-anginkan dahulu (digunakan hembusan angin/blower).

Bila kadar air benih sudah aman untuk digunakan pemanasan, atur suhu pengeringan benih sehingga tidak melebihi 43oC Lakukan pengecekan suhu hamparan benih dan kadar air benih setiap 2-3 jam dan catat.Pengeringan dihentikan bila kadar air mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifi kat (13% atau lebih rendah).

d) Pengolahan Benih,Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Tujuan pembersihan ini selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, maupun daun padi yang terikut) juga untuk membuang benih hampa.

Pembersihan benih dalam skala kevil dapat dilakukan
secadapat dilakukan secara manual dengan menggunakan nyiru (ditapi). Sedangkan pada skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin pembersih benih seperti air screen cleaner atau aspirator akan meningkatkan efi siensi pengolahan.

Apabila dirasa perlu, grading (pemilahan benih) dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan benih yang lebih seragam dalam ukuran benih (panjang, lebar, ketebalan), bentuk atau berat jenis benihnya. Alat-alat seperti Indent cylinder machine, Indent desk separator, Gravity table seperator dan sebagainya dapat digunakan di dalam pemilahan benih.

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengolahan benih mulai dari pengeringan sampai pemilahan; terutama untuk menghindari benih tercampur dengan varietas lain; diantaranya adalah :

Sebelum proses pengolahan dimulai, siapkan, cek peralatan dan bersihkan alat-alat pengolahan yang akan digunakan. Pastikan bahwa perlatan berfungsi dengan baik dan benar-benar bersih baik dari kotoran maupun sisa-sisa benih lain.
Untuk menghindarkan terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari satu varietas diolah sampai selesai, baru kemudian pengolahan untuk varietas lainnya.
Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung baru serta diberi label yang jelas di dalam dan luar karung.

Bila alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah sejumlah benih varietas yang berbeda, mesin/ alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih sebelumnya, baru kemudian digunakan untuk pengolahan varietas lain. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain.

Buat laporan hasil pengolahan yang berisi tentang varietas, kelas benih, berat benih bersih dan susut selama pengolahan.

Pengawasan dan Sertifi kasi Benih

Tujuan sertifikasi adalah:

1) menjamin kemurnian dan kebenaran varietas, dan

2) menjamin ketersediaan benih bermutu secara berkesinambungan. Sertifi kasi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pemeriksaan lapangan, pemeriksaan laboratorium, dan pengawasan pemasangan label.

Kegiatan pengawasan dan sertifi kasi ini dilakukan oleh BPSB (badan Pusat Statistik Benih)Jabar (berdasarkan kepada OECD Scheme).

Pengawasan dilakukan sejak proses produksi benih hingga penanganan pascapanen.
Pengawasan lapangan untuk tanaman padi dari BPSB dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu pemeriksaan pendahuluan sebelum pengolahan tanah, pemeriksaan lapangan pertama saat fasevegetatif (30 hst), pemeriksaan fase berbunga (30 hari sebelum panen), dan pemeriksaan fase masak (1 minggu sebelum panen).

Uji mutu benih dilakukan di laboratorium terhadap contoh benih yang mewakili. Uji mutu yang dilakukan adalah terhadap mutu genetis, mutufisiologis, dan mutu fisik.

Standar mutu benih padi bersertifikasi berdasarkan pengujian di laboratorium
Variabel mutu                                     FS        SS        ES
Kadar air, maks (%)                13,0     13,0     13,0
Benih murni, min (%) 99,0     99,0    98,0
Kotoran, maks (%)                  1,0       1,0       2,0
Varietas lain, maks (%)           0,0       0,1       0,2
Biji gulma, maks (%)               0,0       0,1      0,2
Daya berkecambah, min (%) 80,0       80,0     80,0

Sumber: BPSP KABUPATEN KARAWANG (2010)

Pengawasan pemasangan label bertujuan untuk mengetahui
kebenaran pemasangan dan isi label. Warna label untuk tanaman padi disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Warna label benih bermutu
Kelas benih Warna label Benih Penjenis (BS, Breeder Seed) Kuning
Benih Dasar (FS, Foundation Seed) Putih Benih Pokok (SS, Stock Seed) Ungu
Benih Sebar (ES, Extention Seed) Biru
Sumber: Puslitbangtan (2007); Wahyuni (2005c)

9.Pengemasan,Pengemasan benih selain bertujuan untuk mempermudahkan di dalam penyaluran/transportasi benih, juga untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan insek.
Oleh karena itu, efektifi tas atau tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mempertahan- kan kadar air,viabilitas benih dan serangan insek.

Pengemasan sementara selama pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai pengolahan sampai menunggu hasil uji lab keluar dan label selesai dicetak, benih dapat dikemas dalam karung plastic yang dilapis dengan kantong plastik di bagian dalamnya.

Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran benih, benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong
plastik tebal 0.08 mm atau lebih dan di-sealed / dikelim rapat.Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label
selesai dicetak.

Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed.Pengemasan dan pemasangan label benih harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu menghindari adanya tindak pemalsuan.PenyimpananKondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi penyimpanan yang mampu mempertahankan mutu benih seperti saat sebelum simpan sepanjang mungkin selama periode simpan.

Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan dan kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang layak untuk disimpan.

Sedangkan kondisi ruang yang secara nyata berpengaruh terhadap daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang simpan.Kondisi ruang penyimpanan yang baik untuk benih-benih yang bersifat ortodoks, termasuk padi; adalah pada kondisi kering dan dingin.

Beberapa kaidah yang berkaitan dengan penyimpanan benih adalah: (i) untuk setiap penurunan 1% kadar air atau 10oF (5,5oC) suhu ruang simpan akan melipat-gandakan daya simpan benih.Kondisi tersebut berlaku untuk kadar air benih antara 14% sampai 5% dan pada suhu dari 50oC – 0oC dan (ii)penyimpanan yang baik bila persentase kelembaban relatif (% RH) ditambah dengan suhu ruang simpan (oF) sama dengan 100.

Untuk memenuhi kondisi demikian, idealnya ruang simpan benih dilengkapi dengan AC (air conditioner) dan dehumidifi er (alat untuk menurunkan kelembaban ruang
simpan).Namun jika kondisi tersebut belum dapat dipenuhi, gudang penyimpanan selayaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Tidak bocor Lantai harus padat (terbuat dari semen/beton)
Mempunyai ventilasi yang cukup, agar terjadi sirkulasi udara yang lancar sehingga gudang penyimpanan tidak lembab.Bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih, lubang ventilasi ditutup kawat kasa).Setiap benih disimpan secara teratur, setiap varietas terpisah dari varietas lainnya Sedangkan cara
penumpukan hendaknya diatur sedemikian rupa, agar tumpukan rapih, mudah dikontrol, tidak mudah roboh dan keluar masuk barang mudah.

Apabila benih tidak disimpan dalam rak-rak benih, maka di bagian bawah tumpukan harus diberi balok kayu agar benih tidak bersentuhan langsung dengan lantai ruang simpan.

Kemudian, pada setiap tumpukan benih dilengkapi dengan kartu pengawasan yang berisi informasi :

Nama varietas
Tanggal panen
Asal petak percobaan
Jumlah/kuantitas benih asal (pada saat awal penyimpanan)
Jumlah kuantitas pada saat pemeriksaan stok terakhir.
Hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, % daya kecambah).

Penggunaan benih bermutu dari varietas ungul telah terbukti sebagai salah satu komponen teknologi budidaya tanaman yang berkontribusi besar terhadap
peningkatan produktivitas hasil.Namun demikian, harapan peningkatan produktivitas
melalui penggunaan benih bermutu (bersertifi kat) belum dapat dicapai, sebab ketersediaan benih bermutu dengan varietas unggul yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi agroekosistem setempat belum dapat terpenuhi.Dilain pihak potensi kebutuhan benih padi di Jawa Barat masih memiliki peluang untuk dapat dipenuhi
(dipasok), terutama oleh petani penangkar benih sebab kontribusi pasokan benih yang dihasilkan oleh kelompok petani penangkar di Jawa Barat masih relatif rendah
Dalam produksi benih bermutu, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1) Penentuan Benih Sumber dan Varietas;
2) Pemilihan Lokasi;
3) Pesemaian;
4) Penyiapan Lahan;
5) Penanaman;
6) Pemupukan;
7) Pengairan;
8) Penyiangan;
9) Pengendalian Hama dan Penyakit;
10) Roguing/seleksi;
11) Panen dan Pengolahan Benih; dan
12) Penyimpanan Benih/.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites